2
Oleh M. Chozin Amirullah
 

Harian  Kedaulatan  rakyat  tertanggal  28  Februari  1947  memuat  sebuah  berita demikian :
“Baru-baru   ini   di   Yogyakarta,   telah   didirikan   Himpunan   Mahasiswa   Islam. Anggota-anggotanya terdiri dari mahasiswa-mahasiswa seluruh Indonesia yang beragama  Islam.  Perhimpunan  akan  menjadi  anggota  Kongres  Mahasiswa Indonesia. Sekretariat : Asrama Mahasiswa, Setyodinigratan 5 Yogyakarta.
Hanya ini pemberitaan yang kita dapati dari pers, sehubungan dengan berdirinya HMI”.  Rabu  Pon,  14  Rabiulawal  1366  H  atau  bertepatan  dengan  5  Februari  1947  M pukul  16.00  WIB,  lahir  sebuah  organisasi  mahasiswa  yang  kelak  menjadi  wadah perkaderan   bagi   calon-calon   pemimpin   bangsa.   Di   tengah   pergolakan   nasional mempertahankan   kemerdekan   dan   polarisasi   kaum   terpelajar   ke   dalam   paham sosialisme,  HMI  muncul  sebagai  organisasi  mahasiswa  pertama  yang  memakai  label Islam.  
HMI  adalah  singkatan  dari  Himpunan  Mahasiswa  Islam  yang  ide  pertamanya dikemukakan oleh Lafran Pane. Bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam/STI (sekarang UII), Jl. Setyodiningratan 30 (Sekarang P. Senopati 30), Lafran Pane, sebagai penggagas pertama HMI memanfaatkan jam kuliah tafsir Alqur’an yang diasuh oleh Prof. Husein Yahya untuk mendeklarasikan  pembentukan  HMI.  Dengan  berdiri  tegak  di  hadapan  kelas  yang dihadiri oleh lebih kurang 20 mahasiswa, ia membacakan prakata sebagai berikut: “Hari  ini  adalah  rapat  pembentukan  organisasi  mahasiswa  Islam,  karena  seluruh persiapan maupun perlengkapan yang diperlukan sudah siap…”.
Acara deklarasi tersebut selesai seiring dengan terbenamnya matahari di ufuk barat. Sejak  itu  HMI  secara  resmi  berdiri  dengan  beberapa  tokoh  pendiri  antara  lain:  Lafran Pane, Kartono, Dahlan Husein, Anton Timur Djaelani, Yusdi Ghozali dan lain-lain.   Berbicara mengenai berdirinya HMI, maka kita tidak akan lepas dari sosok yang paling berperan yaitu Lafran Pane. Lafran Pane dilahirkan di Tapanuli Selatan pada tahun 1925.  Beliau  adalah  satu  keluarga  dengan  Sanusi  Pane  dan  Armyn  Pane  (penyair angkatan Pujangga Baru). Masa mudanya dipenuhi dengan petualangan dan pergulatan pemikiran yang amat keras, sehingga Lafran Pane muda dikenal dengan tingkah lakunya yang  aneh  dan  ide-idenya  sangat  cerdas  namun  seringkali  tidak  sistematis.  Pendidikan agamanya  diawali  di  lingkungan  Islam  tradisionalis  Summatera.  Metode  pembelajaran agama   dengan   pengenalan   sifat   dua   puluh   (konsep   ini   sama   dengan   model pembelajaran agama yang diterapkan oleh NU di Jawa) dikecap Lafran Pane waktu kecil. Setelah menginjak dewas, Lafran Pane kemudian melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah-sekolah modern milik Muhammadiyah (Sitompul 1976).
Semenjak  berdirinya,  HMI  merupakan  organisasi  independen  yang  berbasis mahasiswa dengan mengutamakan kebebasan berpikir dan bertindak sesuai dengan hati nurani.  Komitmen  pada  perjuangan  Islam  dalam  bingkai  Negara  Kesatuan  Republik Indonesia merupakan idealisme yang selalu dipegang teguh oleh para kader HMI, Hal ini sebagaimana tercantum dalam tujuan awal pembentukan HM:
1.  Mempertahankan   Negara   republik   Indonesia   dan   mempertinggi   derajat rakyat Indonesia.
2.  Menegakkan dan mengembangkan Agama Islam
Untuk Selengkapnya, silahkan download di sini
 

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya^_^

 
Top