0
“Filsafat” sampai kini masih merupakan istilah yang agak sulit untuk didefinisikan secara pasti. Hal ini karena cakupan makna dan pembahasan yang terkandung di dalamnya sangat luas dan multi-dimensional. Tapi penulis berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah kendala untuk tidak adanya definisi dari filsafat itu sendiri dan selanjutnya pendefinisian tersebut harus harus singkat dan jelas sehingga dapat dimengerti oleh semua orang dan dijadikan pijakan dalam suatu pembahasan. Saking banyaknya definisi tersebut, Sidi Gazalba (1992) menyimpulkan bahwa kita dapat berfilsafat tentang pengertian filsafat.
Secara etimologis, istilah “filsafat “, yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab ) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa yunani  (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata  (philos) dan  (sophia). Kata  berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat. Adapun  berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan. Jadi secara harfiah  berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.
Secara terminologi pengertian filsafat menurut Kattsoff (1963) dalam bukunya Elements of Philosophy.
  •  Filsafat adalah berpikir secara kritis
  •  Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis
  •  Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut
  •  Filsafat adalah berpikir secara rasional
  •  Filsafat harus berpikir bersifat komprehensif
Filsafat bisa didefinisikan sebagai usaha dengan menggunakan metode ilmiah untuk memahami dunia di mana kita hidup. Usaha ini dimaksudkan untuk memahami dunia dengan cara menggabungkan hasil ilmu pengetahuan khusus ke dalam semacam suatu pandangan dunia yang konsisten. Hal ini selalu menjadi tujuan filsafat sejak Thales sampai jaman sekarang. Pengertian filsafat yang sering diutarakan, yaitu berpikir secara sistematis, radikal, dan universal, untuk mengetahui tentang hakikat segala sesuatu (Hery Noer Aly, 1999: 22-23).
Berangkat dari pengertian filsafat sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan pengeretian filsafat adalah Usaha untuk memahami sesuatu secara kritis, sistematis, radikal (mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif.
Secara etimologi istilah “agama” berasal dari kata Sansekerta, yang berasal dari dua suku kata, yaitu a, artinya tidak dan gam, artinya pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun (Harun Nasution, 1979: 9). Sedangakn dalam Tadjab, dkk., (1994: 37) menyatakan bahwa agama berasal dari kata a, berarti tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir/ teratur.
Jadi,agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta keselamatan.
Suatu agama secara generik dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol (misalnya, kata-kata dan isyarat, cerita dan praktik, benda dan tempat) yang berfungsi agamis, yaitu, suatu yang terus menerus dipakai partisipan untuk mendekat dan menjalin hubungan yang benar atau tepat dengan sesuatu yang diyakini sebagai realitas-mutlak. Yakni adanya sesuatu yang dianggap transedental yang menjadi motif seseorang untuk beragama dan berpengaruh terhadap pola kehidupannya. Tuhan tidak dapat dilihat (secara dzohir), tapi peran-Nya sangat dominan sekali dalam kehidupan seseorang. Agama adalah perasaan mendalam akan ketergantungan pada kekuatan yang tidak dapat dilihat tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita….

Sebagai konklusi, pengertian filsafat agama adalah suatu sikap terhadap agama secara kritis, sistematis, radikal (mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif yang didasari oleh suatu keyakinan mendalam terhadap sesuatu kekuatan yang transedental/ sebagai realitas-mutlak dan ghaib tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita dan dianggap menjadikan hidup teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.



Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya^_^

 
Top