0

Panggung 1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang
kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama
pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, "Syukurlah, sekarang
hidup Bejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di
gedung tinggi."


Panggung 2: Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk.
Seorang bos berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak
lusuh. Dengan gugup, manajernya menjawab, "Namanya Bejo pak! Pegawai
rendahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik
namanya."


Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut
pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan.
Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan
panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang
disebut "kemujuran" hidup, maka pada saat yang sama ia memisah-
misahkan orang ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui
tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi
dihadapan jabatan rendah. Ketika anda menghargai dan membebaskan
diri dari peringkat-peringkat "keberuntungan", di saat itu anda
mampu mendengar bisikan nurani.





Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya^_^

 
Top